Komjen Chrysnanda: Karya Wadyo Pandapotan Pasaribu Adalah Perpaduan Magis Seni Lukis dan Membatik

  • Bagikan

Klikinfo.id, Jakarta – Di sela-sela kesibukannya sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Kalemdiklat Polri), Komjen Pol. Prof. Dr. Chrysnanda Dwi Laksana, M.Si, masih memberi ruang untuk berdiskusi sekitar seni lukis dan membatik.

Dalam diskusinya bersama seorang pembatik muda, Wadyo Pandapotan Pasaribu, Beliau nampak memberikan semangat dan membagi berbagai pengalaman dalam dunia lukis dan batik.Menurut Komjen Chrisnanda, batik religius bukan hanya kain bermotif indah, tetapi merupakan media kontemplatif yang memuat pesan moral dan spiritual.

Ia menggambarkan batik religius sebagai bentuk doa visual yang disetiap goresan malam (lilin) adalah bagian dari perjalanan jiwa seniman dalam meresapi nilai-nilai ketuhanan.Wadyo Pandapotan Pasaribu, seorang seniman Batik Lukis-Tulis yang karya-karyanya mulai mendapat perhatian di dunia seni rupa Indonesia, membedah karya seni batiknya yang berjudul “7 Arch Angels”. Lukisan “7 Arch Angels” ini terhampar diatas kain sepanjang 2,5 x 1,15 meter, menggambar sosok Tujuh Malaikat Agung. Motif Mega Mendung tampak me memenuhi latar batik itu, juga Motif parang yang begitu indah dan simetris seolah menjadi bingkai lukisan.Dalam diskusinya Komjen Chrysnanda selain berbicara tentang lukisan beliau juga memaparkan tentang filosofi dalam tokoh tokoh pewayangan.

Baca Juga :  Panglima TNI Resmikan Replika Benteng Cikahuripan

Diantaranya kisah Semar yang cukup fenomenal dan banyak dipakai atau dijadikan simbol seorang yang bijaksana. Pembicaraan semakin berlangsung hangat, sekali lagi Komjen Chrysnanda menyampaikan tentang bagaimana seni sebagai bentuk katarsis, pelepasan emosi yang menyegarkan batin. “Seni lukis bisa menyingkapkan apa yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata,” ujarnya.

Wadyo pun mengimbuhkan, “Tidak semua realitas bisa didefinisikan. Kadang seni lebih mampu menyingkapnya.”Komjen Chrysnanda memberikan apresiasi tinggi terhadap karya-karya Wadyo, khususnya Batik Lukis-Tulis yang dinilainya sebagai perpaduan dua disiplin seni yang kompleks namun harmonis.

Ada beberapa lukisan batik yang hari itu dijadikan bahan diskusi diantaranya “The Supper”, “Elijah in Wilderness” dan “7 Arch Angels”, dan salah satu karya yang paling memaukau adalah 7 Arch Angels,. “Lukisan dalam medium batik dengan ukuran yang besar ini sangat detail, magis, dan magnificent,” Begitu disampaikan Chrysnanda.Kekaguman itu tak hanya sebatas teknik, tapi juga pada ketulusan sang seniman. Wadyo yang juga dikenal sebagai fotografer, pemikir filsafat, dan pelatih taichi, menyebut semua kemampuannya sebagai anugerah Tuhan.

Baca Juga :  Bardan Sahidi: Menyeruput Kopi Gayo, Menjaga Warisan Budaya Leluhur

Ia berharap setiap karyanya bisa memberi inspirasi dan manfaat bagi banyak orang. “Saya tak pernah merencanakan semua ini. Talenta itu muncul satu per satu, dan menjadi karya. Itu keajaiban Tuhan,” ungkapnya.

Pertemuan dua seniman lintas latar ini menjadi bukti bahwa seni menyatukan banyak hal keindahan, kejujuran, dan harapan. Komjen Chrysnanda dan Wadyo mengajak siapa pun untuk terus berkarya dan menemukan panggilan hidup, dalam doa dan kesadaran untuk menolong sesama. Kita perlu senantiasa berdoa memohon Tuhan menolong supaya kita menemukan panggilan kita dalam setiap situasi kongkret” ujar wadyo menutup diskusi sore itu.

( Red)

banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *