KLIKINFO.ID, JAKARTA – 30 Desember 2024, “Awalnya saya sendiri tidak percaya jika saya bisa berkarya Batik, tetapi satu demi satu karya ini tercipta sehingga bagi saya ini adalah sebuah keajaiban dari Tuhan,” Demikian ungkap Wadyo Pasaribu seorang pembatik dan pelukis disela sela pameran lukisannya di Perpustakaan Nasional Jakarta.
Wadyo Pandapotan Pasaribu adalah seorang pelukis Indonesia yang cukup dikenal karena karya-karya batik dan lukisan bertema religi. Mengawali dengan mencoba yang kemudian menjadi sebuah bakat yang bisa jadi mengalir dalam jiwa, melukis menjadikanya tempat untuk menterapi hati begitu yang muncul dibenaknya.
Dari Beberapa lukisan Wadyo, diantaranya terinspirasi dari lukisan Fresco yang terdapat di “Gereja Gelap” (Dark Churh) di kota Cappadocia, Turki di abad sebelas, dengan judul The Last Supper Perjamuan Kudus, di kanvaskan di tahun 2021. Selain itu juga ada Seven Archangels yang terinspirasi dari lukisan kaca jendela (stained Glass) di Gereja St. Michael – Brighton, Inggris.
Diawali dengan kebuntuan disaat covid melanda Indonesia di tahun 2020, Wadyo mendapatkan brosur untuk belajar membatik di bandung, dan hasilnya menyenangkan dan memunculkan keyakinan diri untuk menuangkan isi hatinya dikanvas.
“Semua orang memiliki bakat seni apapun itu namanya bisa seni tari, melukis, bernyanyi, drama yang pada suatu ketika muncul, tinggal seberapa minat seni itu dikembangkan, “ Begitulah Wadyo memandang sudut seni dalam jiwa.
Aliran yang ingin dituangkan di banyak lukisannya, wadyo menarasikan sebagai seni kontemporer yang menggabungkan dari berbagai aliran namun tidak menutup bahwa setiap orang dalam melukis pasti ada sentimen tertentu atau pakemnya.
Dalam rangka memperingati kekayaan seni budaya Nusantara, Wadyo Pasaribu bersama seorang maestro Hari Soeharyo, disinilah bertemunya dua seniman batik lintas generasi. batik legendaris, dan seorang seniman muda.
“Pameran Batik Akhir Tahun dengan tema Meniti Jejak Seni Nusantara dalam Harmoni Global.”Pameran ini akan digelar mulai tanggal 27 hingga 31 Desember 2024, bertempat di Galeri Seni Lantai 4, Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pukul 08.00 hingga 16.00 WIB
Kolaborasi Seni Lintas Generasi yang juga menghadirkan dialog kreatif antara dua gaya batik yang unik. Hari Soeharyo, yang dikenal dengan karya batiknya yang telah menghiasi berbagai galeri internasional dan dinding Istana Negara, menunjukkan pengaruh seni modern melalui pengalaman panjangnya di dunia desain, termasuk di New York dan galeri Eropa.
Sementara itu, Wadyo Pasaribu membawa sentuhan segar dengan karya yang terinspirasi dari seni sakral dan elemen spiritual, termasuk “Elijah in the Wilderness” (2024), hasil interpretasinya terhadap karya Frederic Leighton.
Pameran ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni tetapi juga tempat bertemunya lintas generasi seniman batik Nusantara, membangun jembatan antara tradisi dan inovasi. Acara ini diharapkan dapat memperkuat apresiasi masyarakat terhadap batik sebagai warisan budaya Indonesia yang mendunia. Wadyo.pasaribu@gmail.com
(Klikinfo.id/red)