KLIKINFO.ID, JAKARTA – Sebuah proyek penyaringan sampah yang monumental di Sungai Ciliwung, khususnya di TB Simatupang, telah sukses menangani sebanyak 230 meter kubik sampah yang berasal dari bagian hulu sungai tersebut.
Dibangun dengan menggelontorkan dana sebesar Rp195 Miliar, proyek penyaringan ini bertujuan utama untuk mencegah tumpukan sampah yang dapat mencemari pusat kota Jakarta serta mengurangi dampak sampah yang mencapai muara atau bahkan samudera di sekitar Jakarta.
Keberhasilan proyek ini tidak hanya terlihat dari efektivitasnya dalam menangani sampah, tetapi juga dari potensi hasil olahan sampah yang dihasilkan untuk keberlanjutan lingkungan dan juga ketahanan pangan.
Sampah yang telah dihancurkan dan diolah melalui proses penyaringan ini kini bertransformasi menjadi kompos yang bernilai tinggi serta menjadi sumber energi alternatif.
Di lokasi proyek, mesin-mesin berat seperti excavator sedang sibuk melakukan operasi mengangkat sampah-sampah yang berserakan di badan air sungai, menuju lokasi penyaringan di Sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Sampah-sampah yang mayoritasnya adalah jenis kayu-kayuan sebelumnya terjebak di dalam saringan sampah yang telah dipersiapkan sebelumnya, dilengkapi dengan ponton mengapung yang membantu proses penyaringan dari ujung hulu hingga ke area penyaringan.
Menurut Adhitya Oktaberry, Koordinator Saringan Sampah TB Simatupang, proyek ini menggunakan dua ponton untuk mengarahkan sampah menuju tempat penyaringan, mencegah terjadinya dampak bendungan akibat tumpukan sampah di sungai.
“Dalam proses penyaringan ini, terdapat dua tahapan yang dilakukan,” ungkap Adhitya. Tahapan pertama bertujuan untuk menampung sampah berukuran di atas 50 sentimeter, sementara tahapan kedua difungsikan untuk menangkap sampah berukuran di atas 20 sentimeter.
Setelah sampah-sampah terkumpul di lokasi datar dan terbuka, mesin-mesin berat lainnya digunakan untuk menumpuknya di lokasi penampungan sementara.
Berikutnya, sampah-sampah tersebut dicacah menggunakan mesin-mesin besar. Proses penghancuran ini dilakukan dalam dua tahap: pertama, sampah dihancurkan menjadi ukuran sekitar 5-20 sentimeter menggunakan mesin conveyor, dan kedua, sampah dihancurkan menjadi ukuran sekitar 3-5 sentimeter.
Adhitya menjelaskan bahwa setelah proses penghancuran, langkah selanjutnya adalah proses pencacahan. Sampah berukuran besar dicacah menjadi ukuran 10-20 sentimeter dalam tahap pertama, kemudian dipisahkan secara otomatis untuk memisahkan sampah kasar dan sampah halus sebelum memasuki tahap pencacahan kedua, yang bertujuan untuk mencacah sampah menjadi ukuran 3-5 sentimeter.
Misar, Pengendali Khusus Saringan Sampah TB Simatupang dari Unit Penanganan Sampah Badan Air, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, menambahkan bahwa sampah-sampah yang telah dicacah berasal dari hulu Ciliwung, khususnya dari wilayah Depok dan Bogor.
Sampah-sampah tersebut kemudian diolah menjadi pupuk kompos setengah jadi serta menjadi bahan alternatif untuk menghasilkan bahan bakar alternatif (refuse derived fuel/RDF) yang memiliki kualitas yang konsisten.
“Kompos yang dihasilkan masih dalam bentuk mentah karena tahap pencacahan baru saja selesai. Namun, sebelum bisa digunakan untuk tanaman, perlu dilakukan proses tambahan dengan penambahan beberapa bahan lainnya,” jelasnya.
(klikinfo.id/RD)